PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pembangunan kesehatan suatu atau sebagian wilayah kecamatan. Dan Puskesmas sebagai unit organisasi fungsional dibidang kesehatan dasar yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, membina peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar secara menyeluruh dan terpadu.Untuk mewujudkan pelaksanaan fungsi dan program kegiatan puskesmas, maka telah dilengkapi dengan sistem menejemen seperti , Mini lokakarya, SP2TP, Monitoring bulanan,laporan bulanan, laporan triwulan, laporan tahunan dan hal yang menunjang pelaksaanannya.
Profil UPT Puskesmas Perawatan Binuang adalah gambaran situasi kesehatan di UPT Puskesmas Perawatan Binuang yang diterbitkan setiap tahun sekali, Dalam Profil ini memuat berbagai data tentang kesehatan, yang meliputi data derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Profil kesehatan juga menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan data lainnya. Data dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Penerbitan profil UPT Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010 ini adalah agar diperoleh gambaran keadaan kesehatan di UPT Puskesmas Perawatan Binuang khususnya tahun 2010 dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar.
Profil UPT Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010 diharapkan dapat memberikan data yang akurat, untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta. Selain itu profil ini dapat digunakan sebagai penyedia data dan informasi dalam rangka evaluasi perencanaan, pencapaian Program kegiatan di UPT Puskesmas Perawaatn Binuang tahun 2010 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2015 .
B. Tujuan Penyusunan Profil
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan Profil UPT Puskesmas Perawatan Binuang ini adalah untuk memperoleh dan menghadirkan informasi kesehatan serta faktor-faktor kesehatan lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian tercapai atau tidaknya target kegiatan, yang kelak dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah perencanaan selanjutnya
2. Tujuan Khusus
Diperolehnya data/informasi kesehatan di tingkat UPT Puskesmas Perawatan Binuang, yang menyangkut data-data sebagai berikut : 1. data/informasi derajat kesehatan masyarakat 2. data/informasi perilaku masyarakat di bidang kesehatan 3. data/informasi kesehatan lingkungan 4. data/informasi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
GAMBARAN UMUM
A. Geografi
Luas Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang adalah 94,75 km2 dengan batas-batas adminsistrasi sebagai berikut :
§ Sebelah Utara : Berbatasan dengan desa Sepang kab. Mamasa
§ Sebelah Timur : berbatasan dengan kab. Pinrang Prop. SUL-SEL
§ Sebelah Selatan : Teluk Mandar
§ Sebelah Barat : Berbatasan dengan kecamatan Polewali.
Wilayah kerja puskesmas Binuang terdiri atas 6 desa dan 1 kelurahan Yaitu :
- Kelurahan Amassangan
- Desa Mirringa
- Desa Paku
- Desa Batetangnga
- Desa Kaleok
- Desa Amola
- Desa Rea
Luas wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang menurut pemanfaatan wilayah adalah sebagai berikut :
Pemukiman : 304,50 km2
Persawahan : 1.786,00 km2
Perkebunan : 3.038,00 km2
Kolam / Tambak : 90,00 km2
Ruang Terbuka : 1,40 km2
Lainnya : 110,00 km2
Desa yang letaknya dibagian utara pada umumnya memiliki perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan. Sedangkan desa yang terletak di bagian selatan yang memiliki garis pantai adalah dataran rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan darat dan laut.
B. Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Binuang berpenduduk 19.586 jiwa dimana 9.620 jiwa laki-laki dan 9.966 jiwa perempuan, serta jumlah KK sebanyak 4.632. untuk ;ebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber : Data Primer |
C. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang berlatar belakang suku Mandar (55,14%), Bugis (27,13%), Jawa (10,43%), Toraja (5,02%), Makassar (2,28%). 97,71% beragama Islam dan 2,31% beragama Kristen. Perilaku masyarakat Sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan yang diwujudkan dalam sikap kegotong royongan yang kokoh. Ini terlihat pada acara-acara seperti selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah petani kebun dan nelayan. Sarana transportasi yang digunakan adalah angkutan umum (pete-pete) dan ojek.
D. Keadaan Fasilitas Pendidikan
Tingkat pendidikan/Sumber Daya Manusia sangat berpengaruh terhadap kesehatan, baik kesehatan secara personal maupun kesehatan lingkungan. Untuk menunjang sumber daya manusia maka diperlukan sarana pendidikan sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia secara formal.
Berikut adalah tabel distribusi sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang.
Tabel 2.1
DISTRIBUSI SARANA PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINUANG
TAHUN 2010
NO | DESA/KEL. | TK | SD | SMP | SMA | PT |
1. | Batetangnga | 1 | 6 | 1 | 1 | 0 |
2. | Amassangan | 2 | 3 | 1 | 0 | 0 |
3. | Mirring | 1 | 3 | 1 | 1 | 0 |
4. | Paku | 1 | 2 | 0 | 0 | 0 |
5. | Amola | 0 | 2 | 1 | 0 | 0 |
6. | Kaleok | 0 | 2 | 0 | 0 | 0 |
7. | Rea | 1 | 3 | 0 | 1 | 0 |
JUMLAH | 6 | 21 | 4 | 3 | 0 |
Sebagai faktor predisposisi terhadap perubahan perilaku khususnya bagi pengetahuan tentang kesehatan, maka diharapkan masyarakat yang berpendidikan tinggi memiliki kesadaran yang tinggi pula dalam perilaku hidup sehat. Kondisi wilayah kerja puskesmas Binuang pada umumnya tingkat pendidikan masih rendah sehingga menjadi tantangan bagi petugas kesehatan dalam penyampaian informasi-informasi ataupun inovasi-inovasi kesehatan.
E. Keadaan Fasilitas Kesehatan
Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sangat dibutuhkan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Binuang terdiri atas :
· Sarana Kesehatan
Ø Puskesmas
Puskesmas Perawatan Binuang berlokasi di Jl. Poros Pinrang–Polewali, Kel. Amassangan , Kecamatan Binuang Kab Polewali mandar Sulawesi barat. Terbagi atas ruang rawat jalan dan ruang rawat inap, dengan luas bangunan 470 m²
v Ruang rawat jalan, terdiri dari :
o Ruang Ka. UPT.
o Ruang Kartu/Tata Usaha
o Ruang Periksa
o Ruang Apotik
o Ruang Imunisasi
o Ruang P2M
o Laboratorium Sederhana
o Ruang KIA/KB
o Ruang /Gudang Obat
o Ruang Pemeriksaan Gigi
o Ruang Kesling dan Promkes
v Ruang Rawat Inap, Terdiri dari :
o Kapasitas tempat tidur sebanyak 8 buah
o Kamar mandi/ WC 2 buah
o Ruang Jaga
o Dapur
Ø 2 Unit Pustu masing-masing :
· Pustu Batetangnga desa Batetangnga .
· Pustu Paku letaknya di desa Paku
Ø 3 Unit Polindes masing-masing :
· Polindes Mirring berlokasi di Dusun Mirring Desa Mirrng.
· Polindes Amola berlokasi di Dusun Amola Desa Amola
· Polindes Bajoe berlokasi di Dusun Bajoe desa Rea
Ø 1 Unit Poskedes di Ling. Pulau Tangnga Kel. Amassangan
Ø 3 Unit Polindes
· Polindes Mirring berlokasi di Dusun Mirring Desa Mirrng.
· Polindes Amola berlokasi di Dusun Amola Desa Amola
· Polindes Bajoe berlokasi di Dusun Bajoe desa Rea
Ø 20 Posyandu masing-masing :
Ø 4 Posyandu di Kelurahan Amassangan
Ø 3 Posyandu di Desa Mirring
Ø 3 Posyandu di Desa Paku
Ø 5 Posyandu di Desa Batetangnga
Ø 3 Posyandu di desa Rea
Ø 1 Posyandu di desa Amola
Ø 1 Posyandu di desa Kaleok
Ø 2 Unit kendaraan roda empat sebagai Puskesmas Keliling.
Ø 15 Unit kendaraan roda dua ( motor dinas )
· Tenaga Kesehatan
o Tenaga Medis :
o 1 dokter umum dengan jabatan fungsional sebagai dokter poli umum
o 1 dokter gigi dengan jabatan fungsional sebagai dokter gigi
o Tenaga Bidan :
o 3 Tenaga Bidan Puskesmas dengan status Pegawai Negeri Sipil.
o 6 Tenaga bidan desa. 3 dengan status Pegawai Negeri Sipil dan 3 dengan status bidan PTT.
o Tenaga Paramedis
o 9 Tenaga Perawat di Puskesmas , yang semuanya berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.
o 1 Tenaga Pelaksana Gizi dengan status Pegawai Negeri Sipil
o 1 Tenaga Kesling dengan status Pegawai Negeri Sipil
o 1 Perawat Gigi dengan status Pegawai Negeri Sipil
o 1 Petugas laboratorium dengan status Pegawai Negeri Sipil
o Tenaga Administrasi
o 3 Tenaga Adminstrasi ,semuax berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.
o 1 tenaga sopir dengan status Pegawai Negeri Sipil
o 1 Tenaga Cleaning Service
o 15 Dukun Terlatih, 8 Dukun Tidak Terlatih
o 57 Kader Kesehatan Posyandu status aktif, 51 Kader Kesehatan Posyandu status tidak aktif.
BAB III
PEMBANGUNAN KESEHATAN
1. VISI, MISI DAN STRATEGI UPT PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. telah menetapkan program jangka pendek 100 hari dan program jangka menengah tahun 2010 – 2014 yang disusun dalam sebuah rencana strategis Depkes.
Program 100 hari Menkes mengangkat 4 isu, yaitu (1) peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat, (2) peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs, (3) pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, serta peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Perawatan Binuang, telah ditetapkan Visi dan Misi untuk mendukung Rencana Strategis Depkes.
1.1. Visi
Mewujudkan masyarakat Binuang yang Sehat dan Mandiri
Mewujudkan masyarakat Binuang yang Sehat dan Mandiri
1.2. Misi
1. Mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat Binuang untuk hidup sehat dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan baik promotif, preventif maupun kuratif
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang bermutu, efektif, efisien, adil dan merata serta terjangkau bagi masyarakat Binuang dan sekitarnya
1.3. Tujuan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat Binuang.
1.4. Strategi
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas induk
2. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
4. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder
5. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
1.5. Budaya Puskesmas
Bekerja Dengan ikhlas, Efisien, Profesional dan Mempunyai Komitmen Yang Kuat Demi Kepuasan Pasien.
II. BENTUK KEGIATAN
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas induk
o Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas dan kemampuan yang tersedia
1. Pelayanan registrasi
2. Pelayanan Umum
3. Pelayanan KIA KB
4. Pelayanan gigi
5. Pelayanan imunisasi
6. Pelayanan laboratorium
7. Pelayanan farmasi
- Mengoptimalkan pelayanan UGD 24 Jam
- Mengoptimalkan peran SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang ada
- Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap
- Mengoptimalkan pelayanan : secara tepat waktu, standar mutu, efisien dan dengan keramah tamahan
- Mengoptimalkan pelayanan rujukan terutama rujukan horisontal (antar lini pelayanan di puskesmas) dalam rangka mendorong optimaliasi pelayanan dengan tetap mengoptimalkan pelayanan rujukan vertikal.
- Mengoptimalkan koordinasi pada semua lini pelayanan puskesmas.
- Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
· Mengoptimalkan petugas jaga layanan klinik sehat meliputi :
1. Konsultasi gizi
2. Konsultasi sanitasi
3. Konsultasi PHBS
4. Konsultasi medis
5. Konsultasi gigi
6. Konsultasi KIA dan KB dll.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
o Mengoptimalkan peranan SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang ada
o Mengoptimalkan pelayanan di Pustu secara tepat waktu, peningkatan mutu, efisien dan dengan keramah tamahan
o Mengoptimalkan pelayanan Puskesmas keliling terutama pada dusun yang kesulitan mengakses pelayanan kesehatan ke Puskesmas induk/Pustu
- Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder
o Mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan , secara aktif maupun pasif
o Membangun komunikasi dengan aparat dan lembaga tingkat desa dalam rangka memperoleh dukungan untuk implementasi program kesehatan di tingkat desa.
o Membangun dan meningkatkan tingkat kepercayaan pelayanan puskesmas pada masyarakat melalui tokoh masyarakat.
- Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
o Membangun komunikasi dan koordinasi dengan kader sebagai jaringan program dan layanan kesehatan pada masyarakat.
o Mengoptimalkan pembinaan petugas puskesmas ke posyandu
o Mengoptimalkan peran petugas penanggunjawab wilayah desa
o Mengoptimalkan kerja sama lintas program dalam memberdayakan masyarakat
o Mengoptimalkan jaringan komunikasi dan koordinasi serta pelayanan kesehatan pada institusi pendidikan.
UPAYA PROGRAM POKOK PUSKESMAS
Dalam upaya pelaksanaan program kesehatan Puskesmas, ada dua upaya kesehatan Puskesmas yaitu :
A. Upaya Kesehatan wajib ( Basic six ) puskesmas meliputi :
1. Kesehatan Ibu, Anak dan KB
2. Peningkatan Gizi
3. Promasi Kesehatan
4. Pemberantasan Penyakit Menular
5. Kesehatan Lingkungan
6. Pengobatan
B. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesrmas
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampun puskesmas.Upaya labratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas, pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan. Untuk dapat melihat gambaran keadaan Puskesmas Perawatan Binuang ,maka puskesmas memaparkan hasil cakupan upaya program kesehatan Puskesmas Perawatan Binuang mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2010 sebagai berikut :
A. Hasil Cakupan KIA
Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan integratif adalah kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M (ibu hamil dan anak-anak) juga menjadi sasaran program KIA. Ruang lingkup kegiatan :
- Pemeriksaan Kesehatan Bumil (ANC).
Pemeriksaan kehamilan diukur berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan ibu di tempat pelayanan kesehatan. Untuk pertama ( kontak pertama ) disingkat dengan K1 sedangkan yang lengkap K 4. Berdasarkan data tahun 2010 dari Program KIA diperoleh K1 dengan persentase cakupan ........ % dan K4 dengan persentase cakupan ........... %. Kondisi ini memberikan gambaran pencapaian masih di bawah target yang harus dicapai yakni K1 100 % dan K4 80 %. Berikut adalah grafik pencapaian program KIA tahun 2010.
|
- Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, integrasi dengan program gizi.
- Memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan (vitamin dan garam beryodium). Integrasi program PKM (konseling) dan Gizi.
- Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur. (Integrasi program KB).
- Merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan. Integrasi program pengobatan.
- Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas. Integrasi dengan program perawatan kesehatan masyarakat.
Angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sepanjang tahun 2010 mulai Januari s/d Desenber cenderung mengalami peningkatan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu masyarakat sedikit lebih mengerti akan pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
|
B. Hasil Cakupan KB
Tujuan jangka panjang program KB adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Ruang lingkup kegiatan :
1. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada saat kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS.
2. Penyediaan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, memberikan pelayanan pengobatan efek samping KB.
Dari hasil pendataan yang dilakukan, menunjukkan bahwa Jumlah Pus tahun 2010 sebanyak 2.899, Peserta KB paling banyak menggunakan Pil 982 akseptor (34 %), menyusul akseptor yang menggunakan suntikan 454 akseptor (16 %), Sistem Kalender 291 akseptor (10%), Implant 24 akseptor (1 %), Kondom 25 akseptor (1 %), MOP/MOW 26 akseptor (1 %) sedangkan jenis alat kontrasepsi yang paling sedikit dipilih adalah IUD 5 akseptor (0,17 %). Jumlah PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 1.092 orang(37%).
|
3. Mengadakan pembinaan keluarga berencana untuk para dukun bersalin. Dukun diharapkan dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun. (Kegiatan KB di puskesmas diintegrasikan ke dalam program KIA).
C. Hasil Cakupan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Tujuan P2M adalah menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu wilayah, memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit.
Secara umum penyakit menular yang masih endemis di Indonesia adalah TBC, kolera, thypus abdominalis, demam berdarah, malaria, frambusia, filariasis, poliomyelitis, batuk rejan dan cacingan.
Lebih khusus untuk Puskesmas Binuang, penyakit yang masih endemis adalah ;
1. Penyakit Menular bersumber pada binatang / Zonosis Disease
a). Rabies
Penyakit ini menular melalui gigitan hewan penular rabies ( anjing, kucing, kera dan hewan lainnya)
Penyakit Rabies ini adalah penyakit yang memiliki IR yang rendah tetapi memiliki CFR ( Case Fatality Rate ) yang tinggi sehingga penyakit ini sangat berbahaya bila tidak segera diatasi.
Dari Surveylans Puskesmas Binuang pada tahun 2010 ditemukan adanya penderita sebanyak 4 gigitan anjing , namun tidak ada orang meninggal dengan diagnosa rabies.
b). Malaria
Malaria adalah penyakit menular dan menyerang semua golongan umur yaitu bayi, anak-anak dan orang dewasa. yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Setiap tahun terdapat 300-500 juta kasus malaria di dunia dan penyebab 1 juta kematian anak. Di daerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab utama kematian dan penghambat pertumbuhan anak.
Di Indonesia , angka penderita Malaria cukup tinggi, mencapai 70 juta atau 35 % dari penduduk Indonesia. Dimasa yang akan datang , penderita malaria akan meningkat akibat mobilitas penduduk yang relative cepat, perubahan lingkungan antara lain karena pembagunan wilayah yang kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan.
Berdasarkan data dari program P2M tahun 2010 , kasus malaria klinis di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang adalah 47 Kasus.
Tabel 4.1
Distribusi Penderita Malaria menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang
tahun 2010
No | Kelurahan / Desa | Jml Malaria klinis |
1 | Amassangan | 12 |
2 | Batetangnga | 13 |
3 | Mirring | 8 |
4 | Paku | 4 |
5 | Amola | 4 |
6 | Rea | 3 |
7 | Kaleok | 3 |
JUMLAH | 47 |
Sumber : Data P2 Malaria
c). Demam Berdarah Dengue ( Dengue fever )
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit memiliki kasus yang rendah namun memiliki CFR yang tinggi. Lokasi yang paling sering mewabah adalah daerah yang berpenduduk padat dengan sanitasi yang buruk.
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang menular yang sifatnya akut dan disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui perantaraan vector nyamuk Aedes Aegypti.
Angka CFR yang tinggi dari penyakit ini sehingga dengan 1 penderita saja dinyatakan KLB. Sepanjang tahun 2010, tidak ada ditemukan kasus demam berdarah (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang.
d). Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah yang penularannya melalui nyamuk sebagai vektor. Endemik pada sebagian besar daerah panas lembab di dunia. Tingginya prevalensi tergantung kepada besarnya infeksi dari reservoir dan vector yang berlebihan.
Untuk periode tahun 2010, Puskesmas Perawatan Binuang dinyatakan bebas dari kasus penyakit filariasis.
2. Penyakit Menular langsung ( Direct Communicable Disease )
a). Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang disebabkan antara lain vibrio, “E.Choli”, klostridia dan intoksikasi / keracunan makanan. Merupakan penyakit yang mudah menular dan sering menimbulkan wabah penyakit terutama pada awal musim penghujan. Lingkungan yang terkendali, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
Untuk tahun 2010, kasus diare pada BALITA yang ditangani sebanyak 1072 kasus, namun semuanya dapat diatasi dengan baik tanpa menimbulkan korban jiwa.
Tabel 4.4
Distribusi Kasus Diare Pada Balita Yang Tatangani
di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Binuang
Tahun 2010
No | Kelurahan / Desa | Jml ditangani |
1 | Amassangan | 401 |
2 | Batetangnga | 207 |
3 | Mirring | 167 |
4 | Paku | 191 |
5 | Amola | 45 |
6 | Rea | 116 |
7 | Kaleok | 35 |
JUMLAH | 1072 |
Sumber : P2 Diare
b). Kusta ( Lepra )
Penyakit Kusta adalah penyakit menular cronis dan disebabkan oleh kuman kusta mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Jumlah kasus penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang selama tahun 2010 sebanyak 3 kasus.
c). Tifoid
Penyakit Typhoid merupakan penyakit yang menyerang system pencernaan manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air dengan lingkungan yang tercemar. Oleh karena itu sering mewabah pada daerah yang sulit mendapatkan air bersih untuk dikomsumsi masyarakat.
Berdasarkan data, bahwa jumlah penderita Tifoid di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang Kecamatan Binuang tahun 2010 sebanyak 87 penderita.
Tabel 4.5
Distribusi Penderita Tifoid Yang di Tangani Menurut Desa
di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Binuang
Tahun 2010
No | Kelurahan / Desa | Jml Penderita |
1 | Amassangan | 15 |
2 | Batetangnga | 18 |
3 | Mirring | 14 |
4 | Paku | 12 |
5 | Amola | 13 |
6 | Rea | 10 |
7 | Kaleok | 7 |
JUMLAH | 87 |
Sumber : data P2 Tipoid
d). ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut )
Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau yang lebih dikenal dengan ISPA lebih banyak mengenai kelompok usia muda yang rawan, khususnya Bayi dan Anak Balita. Dalam program ISPA Penyakit ini digolongkan menjadi tiga, Bukan Pneumonia, Pneumonia dan Pneumonia berat.
Di dunia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) jadi penyebab kematian dari 2 Juta Anak Balita pada tahun 2000. Di Indonesia , ISPA merupakan penyebab 36,4% kematian bayi tahun 1992 dan 32,1 % kematian bayi pada tahun 1995, serta penyebab 18,2 % kematian pada balita tahun 1992 dan 38,8% tahun 1995.
Berdasarkan data dari program ISPA Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010, Cakupan penderita ISPA bukan pneumoni 6.03%, pneumoni dan pneumoni berat masing-masing 0,07% dan 0.25%.
|
Penyakit ini ditimbulkan terutama perumahan yang tidak layak, polusi udara sehingga memungkinkan penularan penyakit ini. Dan faktor resiko lainnya seperti; Gizi kurang, Status Imunisasi yang tidak lengkap, Menbedung Anak, Pemberian ASI tidak/kurang Memadai, Riwayat penyakit cronis, dan Orang tua perokok.
e). Tubercolusis (TB)
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman tuberculosis dengan gejala khas. Pada umumnya diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyerang kelompok usia produktif 15 tahun keatas.
Penyakit memiliki daya tular yang tinggi dan untuk mengetahuinya, dideteksi melalui pemeriksaan dahak di laboratorium terhadap kuman BTA positif.
Indikator yang digunakan dalam Progam TB diantaranya ; Proporsi Suspek yang diperiksa dahaknya, Angka konversi (Conversion Rate), Angka Kesembuhan (Cure Rate) dan Angka Kesalahan Baca (Error Rate).
Fenomena yang terjadi pada penyakit TBC ini dikenal dengan istilah Ice Berg Phenomena , dimana jumlah penderita yang tidak terlaporkan (muncul) lebih banyak dari pada yang terlaporkan, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam upaya penemuan kasus.
Di Puskesmas Perawatan Binuang, pada tahun 2010 Angka temuan suspek sebanyak 248 orang dan 34 orang diantaranya BTA Positif.
Tabel 4.6
Hasil Pencapaian Program P2 TB Paru
Periode Januari-Desember 2010
di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Binuang
NO | BULAN | SUSPEK | BTA (+) | KATEGORI I,II,III |
1. | JANUARI | 15 | 2 | I |
2. | FEBRUARI | 24 | 2 | I |
3. | MARET | 21 | 2 | I |
4. | APRIL | 30 | 3 | I |
5. | MEY | 20 | 2 | I |
6. | JUNI | 27 | 3 | I |
7. | JULI | 25 | 3 | I |
8. | AGUSTUS | 20 | 4 | I |
9. | SEPTEMBER | 24 | 3 | I |
10. | OKTOBER | 15 | 4 | I |
11. | NOPEMBER | 20 | 2 | I |
12. | DESEMBER | 27 | 3 | I |
JUMLAH | 248 | 34 | |
Sumber : Data P2 TB Paru
3. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
a). Poliomyelitis
Penyakit ini adalah merupakan suatu infeksi menular yang terutama mengenai dan merusak sel-sel motorik dikurno anterior medulla spinalis dan inti motorik batang otak sehingga menimbulkan kelumpuhan dan atrofi otot.
Pada tanggal 21 April 2005 Indonesia mengalami importasi virus dari Afrika Barat.
Menteri Kesehatan melakukan upaya penanggulangan KLB Poliomyelitis di Indonesia dengan :
1. Memutuskan mata rantai penularan polio (1) dengan
a. Outbreak Response Immunizattion (ORI) :
b. Mopping Up
2. Memutuskan mata Rantai Penularan (2) yaitu dengan PIN ( Pekan Imunisasi Nasional)
2). Campak
Campak Ialah infeksi akut menular yang disebabkan oleh virus. Terutama mengenai anak umur 6 bulan – 5 tahun.
3). Diftheri
Ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium Diftheriae. Sangat mudah menular terutama mengenai anak-anak umur 2 bulan – 5 tahun.
4). Pertusis
Adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk seratus hari.
5). Tetanus
Adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang mengeluarkan eksotoksin. Seperti halnya penyakit Rabies, Penyakit tetanus juga memiliki kasus yang jarang namun mempunyai CFR yang tinggi.
6). TBC
Tuberkulosis anak masih merupakan problema yang kompleks terutama di Negara yang sedang berkembang. Morbiditas tuberculosis anak merupakan parameter daripada berhasil atau tidaknya pemberantasan tuberculosis di suatu daerah atau suatu Negara.
7). Hepatitis-B
|
|
GRAFIK 4.5
CAKUPAN IMUNISASI TTI, TT2 dan TT3
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
|
D. Hasil Cakupan Peningkatan Gizi
Masalah gizi masih cukup rawan di beberapa wilayah Indonesia , tidak terkecuali wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang. Penyebab langsung adalah komsumsi zat gizi kurang dan infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, asuhan Ibu dan anak . Disisi lain yang menjadi penyebab utama yakni, kemiskinan , pendidikan, ketersediaan pangaN. Puskesmas harus mengatasi masalah gizi, khususnya pada kelompok ibu hamil dan balita.
Tujuan Upaya Peningkatan Gizi di Puskesmas yaitu meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
Ruang lingkup kegiatan program gizi:
1. Menimbang berat badan Balita untuk memantau pertumbuhan anak. Dilakukan secara rutin setiap bulan, baik di Puskesmas maupun di Pos timbang/Posyandu.
2. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu hamil ke Puskesmas untuk ANC dilakukan minimal 4 kali sepanjang kehamilannya.
3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita yang kurang gizi. PMT penyuluhan (pemberian makanan tambahan) dilakukan melalui demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara memasaknya. PMT pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan yang sifatnya suplementasi (Vitamin A, Sulfas Ferrosus, Susu dan sebagainya).
4. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat. Kegiatan gizi diintegrasikan ke dalam program KIA baik di gedung Puskesmas maupun di Posyandu.
5. Pembagian vitamin A untuk Balita 2 x setahun, suplemen tablet besi (sulfas ferrosus) untuk ibu hamil yang datang ke puskesmas untuk ANC dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.
Target program perbaikan gizi telah ditetapkan meliputi, Cakupan distribusi Vitamin A, cakupan Fe, Kapsul Yodium.
1) Cakupan distribusi Vitamin A
a) Ibu Nifas
Target Cakupan Distribusi Vitamin A tahun 2010 pada Bufas adalah 100 %, sedangkan cakupan distribusi Vitamin A pada ibu nifas pada tahun 2010 adalah 96%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
|
b) Balita
Cakupan pemberian Vitamin A kepada anak Balita di Puskesmas Perawatan Binuang pada tahun 2010 adalah 87%. Artinya cakupan pemberian Vit. A belum mencapai target 100 %. Berikut adalah grafik cakupan pemberian Vitamin A pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang.
|
2) Cakupan Tablet Fe
Target pemberian tablet Fe1 dan Fe3 pada Bumil 80 %, sedangkan pencapaian Puskesmas Perawatan Binuang Tahun 2010 adalah 116,5% ( Fe1) dan 85,5% (Fe3). Artinya pencapaian pemberian tablet Fe pada bumil di atas target. Berikut adalah grafi cakupan tablet Fe pada Bumil tahun 2010.
|
3) Cakupan Kapsul Yodium dan Konsumsi Garam Beryodium
a) Cakupan Kapsul Yodium
Pemberian kapsul Yodium ditujukan pada beberapa sasaran yaitu Ibu hamil, Ibu menyusui, Wanita Usia Subur, dan anak Usia Sekolah. Pembagian wilayah kerja menurut kategori endemiknya sebagai berikut :
Ø Endemik berat : Tidak ada
Ø Endemik Sedang : Desa Batetangnga dan Kaleok
Ø Endemik ringan : Kelurahan Amassangan dan desa Batetangnga
Pencapaian pemberian Kapsul yodium pad WUS di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang Kecamatan Binuang tahun 2010 tergambar dalam grafik berikut ini :
Sumber: Data program gizi |
Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian taget pemberian kapsul yodium pada bumil di wilayah kerja puskesmas perawatan binuang pada tahun 2010 masih sangat rendah cakupannya.
b) Komsumsi Garam Beryodium
Berdasarkan hasil pendataan dan survey penggunaan garam beryodium tahun 2010 di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang kec. Binuang menununjukkan keberhasilan yang berarti. Hal ini terlihat dari tingkat komsumsi garam beryodium cukup di kecamatan Binuang tahun 2010, tingkat komsumsinya telah mencapai 85,7 %.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Grafik dibawah ini :
|
Akibat dari kekurangan Yodium akan menurunkan tingkat kecerdasan anak, menciptakan generasi yang lemah. Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan upaya Program penyuluhan PUGS, GAKI, Penggunaan Garam Beryodium, Pemberian Kapsul Yodium.
Indikator status kesehatan juga diukur berdasarkan gizi penduduk menurut ; Status Gizi, Anemia, KEK, BBLR, GAKI.
1) Status Gizi
Berdasarkan data petugas gizi, akhir Desember 2010 status gizi balita paling banyak adalah Baik dengan persentase 96,3 %. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
|
2) Anemia
Salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi (Fe). Dari data KIA diperoleh informasi bahwa tahun 2010 angka kematian ibu menurun.
Upaya penanggulangan tersebut dilakukan dengan pemberian tablet Fe selama hamil sebanyak 90 tablet. Hasil cakupan pemberian tablet Fe pada Bumil, dapat di lihat pada grafik 4.8.
3) Bumil KEK dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Bayi yang dilahirkan dibawah 2500 gram disebut dengan BBLR. Berbagai faktor penyebab terjadinya BBLR, namun faktor utama adalah gizi ibu selama hamil kurang (Bumil KEK). Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat perhatian khusus oleh karena dampak yang ditimbulkan bukan saja pada berat yang tidak cukup, tetapi dengan bayi BBLR memiliki kemungkinan kecil untuk tumbuh dengan baik, dan akan lebih mudah terserang penyakit.
4) GAKI
Dalam rangka penanganan kasus Gizi Kurang khususnya Ibu Hamil Puskesmas telah melakukan beberapa hal antara lain :
a. Memberikan penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok pada puskesmas dan posyandu mengenai hal-hal yang akan terjadi apabila kondisi gizi buruk tidak ditangani atau diatasi dengan tepat.
b. Mengadakan pemantauan melalui kunjungan rumah.
c. Mengadakan pengawasan akan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kasus-kasus penyakit sehubungan dengan kondisi kurang gizi.
1. Bayi dan Balita
a. Ditingkat Puskesmas
o Pada tahap awal kami melakukan registrasi akan adanya kasus gizi buruk yang terjadi disetiap desa pada Wilayah Puskesmas melalui pendataan dan pemantauan status gizi pada anak
o Melakuakan penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok yang dilaksanakan diposyandu, puskesmas maupun kelompok masyarakat, dengan materi khusus mengenai pemenuhan gizi pada anak melalui pemberian makanan seimbang serta mengadakan demonstrasi makanan seimbang.
o Mengadakan pendampingan pada kasus gizi buruk anak balita oleh TPG, Puskesmas yang bertujuan memberikan bimbingan kepadaa keluarganya cara hidup dengan pola makan yang seimbang.
o Pengawasan akan kemungkinan-kemungkinan adanya kasus penyakit sehubungan dengan kondisi gizi agar mendeteksi secara cepat.
o Pemberian bantuan paket makanan pendamping kepada Anak Gizi Buruk yang ada diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang berupa
o Biskuit
o Susu Formula
Paket ini diberikan selama 3 (tiga) bulan.
E. Hasil Kegiatan Kesehatan Lingkungan
Environment atau Lingkungan adalah situasi atau kondisi diluar host dan agent yang memudahkan interaksi antara keduanya. Faktor ini juga dapat menjadi risiko timbulnya gangguan penyakit pada host karena lingkungan memberikan peluang agent untuk berkembang (breeding).
Tujuan Upaya Kesehatan Lingkungan adalah menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di masyarakat.
Ruang lingkup kegiatan ;
- Inspeksi Sarana Air Bersih
- Pemeriksaan dan Pengawasan system pembuangan kotoran manusia.
- Inspeksi Sanitasi Rumah
- Pemeriksaan dan Pengawasan Sarana pengolahan sampah yang baik
- Pemeriksaan dan Pengawasan Sarana Pembuangan Air Limbah
- Pemeriksaan dan Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum.
- Melakukan pemberantasan jentik dan pengendalian vektor.
a. Sarana Air Bersih
Air adalah benda berbentk cair dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk minum, mandi dan mencuci serta berbagai kebutuhan lainnyauntuk dapat bertahan hidup.
Air merupakan unsur yang sangat esensial bagi pemeliharaan berbagai bentuk kehidupan semua mahluk termasuk manusia. Hampir semua organisme hidup hanya dapat bertahan hidup dalam perioda yang pendek tanpa air. Pemenuhan kebutuhan akan air haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas.
Kuantitas air yang diperlukan untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat adalah berbeda-beda, tergantung pada tingkat sosial budaya, suhu atau iklim, dan ketersediaanya yang ditentukan oleh berbagai faktor. Syarat kualitas meliputi persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologik. Pemakaian air yang tidak memenuhim baku kualitas air tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan antara lain kesadaran, estetika dan ekonomis.
Gambar 4.4
PERSENTASE AKSES SARANA AIR BERSIH BERDASARKAN JENISNYA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang, yang memenuhi syarat fisik adalah sebagai berikut : desa Batetangnga 95,07 %, Kelurahan Amassangan 75,43 %, Desa Mirring 91,77 %, Desa Paku 69,07 %, Desa Amola 98,66 %, Desa Kaleok 78,08 % dan Desa Rea 72,22 %.
- Jamban keluarga
Jamban penting dalam kehidupan kita, seperti pentingnya makan dan minum, karena kita setiap hari makan dan minum, maka kitapun harus mengeluarkannya setiap hari. Untuk mengeluarkannya harus mempunyai tempat khusus, tempat itulah yang disebut jamban.
Membuang tinja di sembarang tempat dapat menularkan penyakit , seperti Diare, Disentri dan Kolera. Penyakit tersebut dapat terjadi karena binatang/ serangga yang kontak dengan tinja yang di buang ke sembarang tempat akan membawa kuman yang diperolehnya dari kotoran tinja, kemudian serangga/ binatang tersebut hinggap pada makanan kita, bila kita makan makanan tersebut, akan mendatangkan penyakit seperti yang disebutkan di atas.
Berikut adalah grafik distribusi akses jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010.
GRAFIK 4.13
DISTRIBUSI AKSES JAMBAN KELUARGA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
|
- Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Menurut Anwar (2001) yang dimaksud degan air limbah atau air kotor adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lasimnya muncul karena hasil perbuatan manusia dan industrialisasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka secara umum dapat dikatakan bahwa limbah cair adalah air bekas pakai yang dihasilkan akibat aktivitas manusia baik yang berasal dari rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang harus di buang yang dapat mebahayakan manusia atau kelestarian lingkungan.
Untuk mencegah penyakit serta pencemaran akibat air limbah, maka perlu dibuatkan Saluran Pembuangan Air Limbah dari rumah-rumah/ sumber-sumber air limbah sebelum di lakukan pengolahan lebih lanjut. Air limbah yang dibiarkan tergenang, akan menimbulkan pencemaran tanah serta menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit.
Berikut adalah grafik distribusi pemanfaatan SPAL menurut jenisnya di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010.
|
d. Sarana Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
2. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Terdapat perbedaan tentang pengelolaan sampah, tergantung dari jenis sampah itu sendiri.
Cara-cara Pengelolaan Sampah
Manfaat Pengelolaan Sampah
- Penghematan sumber daya alam
- Penghematan energi
- Penghematan lahan TPA
- Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)
Bencana Sampah Yang Tidak Dikelola Dengan baik
- Longsor tumpukan sampah
- Sumber penyakit
- Pencemaran lingkungan
Berikut adalah grafik distribusi sarana penanganan sampah di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010
GRAFIK 5.15
DISTRIBUSI SARANA PENANGANAN SAMPAH YANG DIGUNAKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
|
- Pemeriksaan dan Pengawasan TTU
Tempat-tempat umum merupakan lingkungan dimana banyak dilakukan interaksi/ aktifitas oleh banyak orang, sehingga perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan untuk menjaga agar tempat-tempat umum tersebut tetap terpelihara kebersihan lingkungannya. Lingkungan yang tidak saniter akan memudahkan penularan penyakit yang membahayakan keselamatan banyak orang.
Berikut adalah grafik cakupan tempat-tempat umum yang di bina kesehatan lingkungannya di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang tahun 2010.
|
F. Pengobatan
Program pengobatan di Puskesmas Perawatan Binuang merupakan bentuk pelayanan kesehatan dasar yang bersifat kuratif. Masyarakat cenderung memanfaatkan pelayanan Puskesmas hanya untuk mendapat pelayanan pengobatan.
Ruang lingkup kegiatan :
A. Menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan.
a) Rawat Jalan
TABEL 4.7
JUMLAH KUNJUNGAN PENDERITA BEROBAT
DI PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
NO | BULAN | JUMLAH JENIS KUNJUNGAN | TOTAL | ||
UMUM | GAKIN | ASKES | |||
1. | JANUARI | 1.200 | 200 | 150 | 1.550 |
2. | FEBRUARI | 850 | 250 | 86 | 1.166 |
3, | MARET | 813 | 270 | 105 | 1.188 |
4 | APRIL | 1.093 | 205 | 130 | 1.428 |
5 | MEI | 1.073 | 222 | 97 | 1.392 |
6 | JUNI | 1.063 | 226 | 85 | 1.374 |
7 | JULI | 719 | 211 | 98 | 1.028 |
8 | AGUSTUS | 1.100 | 248 | 90 | 1.438 |
9 | SEPTEMBER | 939 | 215 | 83 | 1.237 |
10 | OKTOBER | 1.150 | 250 | 100 | 1.500 |
11 | NOVEMBER | 1.050 | 250 | 86 | 1.365 |
12 | DESEMBER | 1.072 | 207 | 93 | 1.372 |
JUMLAH | 10.972 | 2.754 | 1.203 | 14.884 |
Sumber: data kunjungan pengobatan
b) Rawat Inap
TABEL 4.8
JUMLAH PASIEN RAWAT INAP
DI PUSKESMAS PERAWATAN BINUANG
TAHUN 2010
NO | JENIS KASUS | UMUR | TOTAL | ||||
0-1 Thn | 2-5 Thn | 6-24 Thn | 25-45 Thn | 50 Thn keatas | |||
1 | Thypoid Abdominalis | 0 | 0 | 34 | 19 | 18 | 71 |
2 | Diare | 5 | 19 | 15 | 14 | 8 | 61 |
3 | Disentri | 0 | 1 | 0 | 0 | 2 | 3 |
4 | Gastritis | 0 | 0 | 7 | 15 | 13 | 35 |
5 | Asthma | 0 | 0 | 4 | 1 | 6 | 11 |
6 | Perdarahan | 0 | 0 | 2 | 3 | 0 | 5 |
7 | Partus | 0 | 0 | 17 | 29 | 0 | 46 |
8 | Hypertensi | 0 | 0 | 1 | 2 | 8 | 11 |
9 | Kecelakaan | 0 | 1 | 15 | 10 | 1 | 27 |
10 | K.P | 0 | 0 | 0 | 2 | 0 | 2 |
11 | Ispa | 0 | 1 | 1 | 0 | 1 | 3 |
12 | Hepatitis | 0 | 0 | 0 | 1 | 0 | 1 |
13 | ISK | 0 | 0 | 2 | 1 | 6 | 9 |
JUMLAH | 5 | 22 | 96 | 97 | 63 | 2830 |
Sumber: data pasien rawat inap
B. Mengirim (merujuk) penderita ke pusat-pusat rujukan medis sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas.
C. Menyelenggarakan Puskesmas keliling untuk menjangkau wilayah kerja Puskesmas yang belum mempunyai Puskesmas Pembantu atau wilayah pemukiman penduduk yang masih sulit sarana transportasinya.
Grafik 4.8
10 besar penyakit di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang
Tahun 2010
|
G. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Tujuan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah untuk meningkatkan kesadaran , melalui upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas , apakah di klinik, rumah dan kelompok-kelompok masyarakat.
Di tingkat Puskesmas Perawatan Binuang, semua kegiatan penyuluhan kesehatan dikoordinir oleh petugas Promkes.. Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam mengembangkan teknik dan materi penyuluhan.
H. Usaha Kesehatan Sekolah
Tujuan UKS adalah meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan sekolah.
Ruang lingkup kegiatan :
1. Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan kebersihan lingkungan.
2. Membina kebersihan perseorangan peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan secara aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter kecil.
4. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
5. Pemeriksaan kesehatan periodic sekali setahun untuk kelas II sampai VI dan guru berupa pemeriksaan kesehatan sederhana.
6. Immunisasi peserta didik kelas I dan VI
7. Pengawasan terhadap keadaan air
8. Pengobatan ringan pertolongan pertama
9. Rujukan medik
10. Penanganan kasus anemia gizi
11. Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah
12. Pencatatan dan pelaporan
Pelayanan dan pemeriksaan kesehatan siswa SD, SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binuang pada tahun 2010 dapat di lihat pada grafik berikut:
|
I. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Tujuan :
- Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh (comprehensive health care) kepada pasien dan keluarganya di rumah pasien.
- Memberikan konseling kepada anggota keluarga untuk mengenali kebutuhan kesehatannya sendiri dan cara-cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas-batas kemampuan mereka.
- Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan keluarganya.
Ruang lingkup kegiatan ;
Melaksanakan perawatan kesehatan perorangan, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Semua kegiatannya dilakukan di luar gedung puskesmas yaitu di tingkat rumah tangga. Misalnya pertolongan persalinan, perawatan penyakit kronis, peningkatan sanitasi lingkungan yang dilakukan di rumah-rumah penduduk sasaran.
J. Kesehatan Gigi
Tujuan Usaha Kesehatan Gigi adalah untuk menghilangkan dan mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi kesadaran kelompok-kelompok masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi.
Ruang lingkup kegiatan ;
- Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan perawatan gigi secara rutin untuk anak-anak sekolah dan ibu hamil.
- Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah
- Pelayanan medik gigi dasar, meliputi ;
1). Pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk
2). Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke sasaran yang lebih mampu
3). Memberikan penyuluhan secara individu dan kelompok
4). Memelihara kebersihan (hygiene klinik)
5). Memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan
- Pencatatan dan Pelaporan
MASALAH DAN HAMBATAN
B. MASALAH
1. Pencatatan : Sejalan dengan perkembangan teknologi masa kini, sistem pencatatan semua unit kegiatan masing program harusnya suda dilakukan dengan sistem koputerisasi, namum dalam pengoperasiannya dibutuhkan latihan untuk bisa melakukan pencatatan dengan baik, hal inilah yang menjadi kendala di Puksemas Perawatan Binuang bahwa tidak semua penanggung jawab program mampu mengoperasikan komputer dengan baik, sehingga pencatan masi dilakukan secara manual.
2. Pelaporan : pelaksanaan pelaporan masih sangat bersifat rutinitas ( tergantung permintaan data sesuai format ) sehingga petugas tidak dapat mengoreksi hasil kerjanya, sama halnya dengan pencatatan seperti diatas perlu juga adanya pelaporan dengan komputerisasi untuk menjaga dan memberikan kualitas dan faliditas dari perlaporan.
3. Hasil : Hasil kegiatan setiap program, baik di dalam gedung maupun di luar gedung seharusnya di catat sebagai bahan pembuatan laporan yang kemudian akan dilakukan sebagai bahan evaluasi, namun tidak jarang kegiatan yang dilakukan tidak di dokumentasikan dalam bentuk catatan, sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan, petugas tidak bisa memberikan penjelasan yang disertai bukti pencatatan. pencatatan dan pelaporan program pada tiap-tiap unit sangat bervariasi bahkan banyak terjadi penurunan sehigga hal-hal ini perlu dievaluasi secara seksama factor penyebabnya.
4. Pembinaan dan Pelatihan staf : Perlu adanya peningkatan pembinaan staf puskesmas baik dalam bentuk bimbingan maupun dalam bentuk pelatihan pada semua program. Walaupun sudah ada pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten dan dinas kesehatan Propinsi, tapi tidak semua program sehingga hanya beberapa staf yang dapat mengikuti pelaksanaannya. Atau pengadaan instruktur computer untuk tiap puskesmas bila akan diprogramkan system pencatatan dan pelaporan secara komputerisasi dipuskesmas.
5 Peralatan Medis : peralatan dan perlengkapan medis untuk ukuran puskesmas suda boleh di bilang lengkap, namun yang menjadi masalah ialah kedisiplinan dan kesadaran dari petugas kesehatan dalam menggunakan dan memelihara perlatan tersebut, sehingga banyak peralatan yang tidak bisa lagi digungsikan.
6. Sarana sanitasi Puskesmas : sarana sanitasi puskesmas seperti Jamban, Saluran Pemuangan Air Limbah sudah tidak berfungsi dengan baik karena mengalami kerusakan, terutama sarana jamban pada ruang perawatan pasien.
7. Kendaraan Roda Empat : Mobil Ambulance sebagai sarana Puskesmas Keliling untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang susah menjangkau sarana kesehatan, sudah tidak bisa beroperasi dengan maksimal karena sering mengalami kerusakan, hal ini disebabkan kondisi kendaraan yang suda tebilang tua (pengadaan tahun anggaran 1992).
A. HAMBATAN
1. Lintas Sektor : kerja sama lintas sector belum terpadu dengan sempurnah antara instansi terkait seperti Pertanian, Depag, Diknas, serta PKK sehingga kegiatan belum berjalan sebagai mana yang diharapkan. Selain institusi terkait yang dimaksud di atas, kerjasama dengan pemerintah setempat juga perlu lebi di tingkatkan untuk mendukung setiap program kesehatan di lapangan.
2. Tokoh Masyarakat : organisasi yang ada dimasyarakat seperti LKMD adalah tempat tokoh masyarakat, tapi karena belum berfungsinya peranan LKMD dengan baik dimana masih banyak tokoh masyarakat yang kurang berperan dalam kegiatan kesehatan. Masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk menjadi kader serta banyaknya kader yang drop out sehingga ada beberapa posyandu yang kurang maju dalam perkembangan kegiatan kesehatan.
3. Data Penduduk : Pencatatan jumlah penduduk menurut golongan umur baik ditingkat kecamatan maupun ditingkat desa tidak sesuai dengan data yang ada di Puskesmas, hal ini disebabkan oleh karena kerjasama dalam melakukan validasi data sasaran setiap tahun antara data Puskesmas dengan pemerintah setempat belum berjalan dengan baik.
4. Wilayah kerja : wilayah kerja Puskesmas Perawatan Binaung terdiri dari daerah pegunungan dan daerah pantai, ada sebagian daerah yang tidak di jangkau oleh kendaraan bermotor, sehingga untuk menjangkau daerah tersebut petugas harus bejalan kaki melewati hutan selama beberapa jam.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN |
4. Pada tahun 2010 Puskesmas Perawatan Binuang telah melaksanakan 6 program pokok (Basic Six Program) ditambah 2 Muatan local kegiatan puskesmas.
5. Pengukuran pencapaian hasil kegiatan untuk beberapa program seperti KIA, GIZI, Imunisasi, telah dapat dievaluasi karena adanya target yang telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan tetapi untuk program-program lainnya yang belum punya target agak sulit dievaluasi sehingga pelaksanaan evaluasi hanya dengan menggunakan perbandingan hasil kegiatan tahun lalu untuk mengukur keberhasilan program tersebut.
6. Dalam pelaksanaan evaluasi laporan tahunan, digunakan taget dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) agar lebih mudah dalam meningkatkan hasil kerja program tersebut, walaupun beberapa program dapat diukur melalui stratifikasi.
7. Untuk program-program baru seperti Program Lansia dan Kesehatan Kerja, perlu adannya penataan pelaksanaan program khususnya bagi petugas pelakasana program yang bersangkutan perlu mendapat perhatian khusus agar mereka dapat terampil dalam mengelolah program tersebut.
B. SARAN-SARAN |
1. Perlu adanya motivasi atau pembinaan bagi setiap petugas program dalam bentuk pelatihan baik dipuskesmas maupun di Dinas Kesehatan pada masing-masing penanggung jawab program.
2. Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sekiranya dilakukan pelatihan komputer untuk penanggungjawab tiap-tiap program dalam rangka pencapaian faliditas data.
3. peningkatan supervisi dan bimbinngan dari setiap seksi dari dinas kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas dan cakupan program.
4. Perlu adanya Umpan balik serta tanggapan dari tingkat dinas atas laporan rutin yang dibuat puskesmas baik laporan bulanan dan triwulan juga teguran tertulis bila terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam pencatatan serta pelaporan, sehingga petugas dapat memperbaiki dalam rangka peningkatan program selanjutnya.
5. Penambahan petugas tehnisi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap program yang ada sehingga tidak terjadi banyaknya tugas rangkap.
6. Dalam pelaksanaan program-program baru perlu dibentuk Tim perumus agar dapat memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan program tersebut.
7. Diharapakan kepada pemerintah setempat ( Camat dan kepala desa ) serta institusi lintas sektor untuk senantisa mendukung dan menjalin kerjasama yang baik dalam melaksanakan program kesehatan di masyarakat.
P E N U T U P
Di era Desentralisasi, data dan Informasi kesehatan sangat penting artinya baik dalam menunjang perencanaan kesehatan maupun sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Untuk menjawab kepentingan diatas, maka profil ini disusun setiap tahunnya yang memberikan gambaran tentang kondisi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Binuang dalam bentuk persentase pencapaian Upaya Program Puskesmas. Profil ini disajikan dalam bentuk teks, table, gambar ( grafik ) untuk mempermudah menganalisis masalah kesehatan.
Progam kesehatan diera Desentralisasi terjadi beberapa perubahan terutama dalam hal perencanaan kesehatan yang semakin dibutuhkan. Sementara dalam hal pendanaan kondisinya masih jauh dari anggaran yang layak untuk bidang kesehatan.
Demikian hasil sajian kami, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.